Pages

Senin, 11 April 2011

Multi Tasking Vs Super Woman Vs Kejantanan

As a Multi Tasking person.. and i would say, all women in the world is being blessed by these Multi Tasking capability.. hooray!!

jadi memang peran sebagai perempuan itu *semua bisa dilakoni*. Kebiasaan saya aja semenjak single, terbiasa mengerjakan banyak hal dalam 1 waktu, seperti Nyuci baju saya sambil Masak, plus sambil sms-an, bahkan kadang plus hafalan.. hehe..

atau kadang ngerjain Tugas kuliah, sambil makan, dan di layar komputer bukan hanya file tugas kuliah tapi juga file proposal kegiatan.. semua dipantengin. Ada yang mengatakan nggak FOKUS kalo semua dikerjakan.. but until now, i feel happy happy ajah. tapi memang pusing kalo pas semua harus deadline. mending di tinggal Tidur.

Buat saya khusus yang orangnya BOSENAN, pekerjaan Multi tasking membuat otak saya belajar lebih cepat, harus cepat berpindah referensi pekerjaan tanpa mengurangi kualitas pekerjaan yang lain. efeknya apa?? saya harus terus belajar... learn to make things done almost perfectly with less time.

Begitu juga untuk pekerjaan non Rumah Tangga, termasuk pilihan berorganisasi ketika di Sekolah. di SMA saya mengikuti PRAMUKA dan PASPARA (Pasukan Pengibar Bendera) plus gaul dengan orang2 di luar 2 bidang itu. Kuliah, saya memilih aktif di Rohis dan KAMMI (dah di cta-citakan dr SMA ini), dan ternyata sayapun memiliki minat terjun di Ranah Akademis (Forum Studi). by the time, memang harus memilih, arena Ini bukan pekerjaan rumah tangga yang akan selesai dalam waktu 15 - 30 menit. berorganisasi juga melibatkan otak dan perasaan kita, termasuk di dalamnya pengembangan dan evaluasi yang bisa menyita waktu kita, plus berhadapan dengan banyak orang yang tiap2 orang tersebut akan meminta waktu kita. alhasil 2 organisai is enough, karena coverage area organisasinya jg besar jadi small thing can means a lot.. asal fighting spiritnya besar.. itu masih ada sambilan membina dan side job, dan tentu saja amanah sebagai anak perempuan di rumah.

Sepertihalnya wanita.. bayangan saya adalah menjadi superwoman. Kerja,keluarga terpelihara,rumah beres, do all things by my self.. tapi disini bukan by konvensional tapi memanfaatkan kecanggihan teknologi lo ya.. jadi kalo mengutip kata Ust. AM " sudah saatnya teknologi menggantikan tugas istri anda". Jadi kalimat singkatnya adalah, everything is under my control and being manage well.. terlalu ambisius yah!!

Setelah Menikah.. mulai benar-benar berpartner dengan kaum Adam. Dan, ternyata ada beberapa pengalaman teman yang membuka pemikiran saya. Pikiran saya berubah.. kalo mau kompak, i musn't do all things by my self.. i have to include my partner a.k.a Husband in manage. walaupun porsinya berbeda, altough he's the director, still i'm the operasional manager. kalo urusan rmh tangga itung2 diretur turun gunung. hahaha..

Menjadi super woman itu bagus selama mind set Super Woman dipahami oleh para laki2 sebagaimana seharusnya.. karena kalo perempuannya terlalu super, kita bisa jadi left no job for man.. which that will cause Feminisme.. Bukan hanya perempuannya yang terlalu super, namun didukung pula dengan Kurang Jantannya para laki-laki. ex : melihat istri bawa barang segudang tapi diem aja nonton TV, lihat anaknya nangis, pdhl istrinya lagi nyuci, diem aja tidur krn hbs nonton bola semaleman. Tidak mau tampil sebagai leader saat masyarakat butuh pemimpin, dll.

Jantan = Laki - laki identik dengan Leader, Ayah, Suami..

Kembali ke Multi Tasking capablity, dengan anugerah mukti tasking, para wanita bisa - bisa saja melakukan semuanya, apalagi di dukung teknologi, mencuci baju tidak melulu menghabiskan tenaga, mengurus anak, mengurus suami dan Bekerja. despite, ada yang tidak optimal. banyak contoh janda2 yang bisa membesarkan anak2nya seorang diri, sukses pula.

Ini bukan tulisan Feminisme, saya hanya menyatakan, di dunia yang kompetitif ini, seakan kita (laki -laki dan perempuan) harus berkompetisi di luar zona rumah tangga, setibanya di rumah terkadang 2 dunia ini diputar berbalik. laki2 makan, wanita cuci piring. dan itu sudah kita terapkan sejak anak2. saya tidak sedang berteriak agar para laki mencuci piring dan mencuci baju *seperti nabi*, tidak (juga). ini bukan sekedar urusan suami-istri, namun lebih esensinya adalah Fitrah laki -laki sebagai Qowam yang kalo qta tilik bersama lewat kampanye2 pemilu adalah Pemimpin = pelayan. jadi sejatinya menjadi qowam harus bs melayani. dan kata Aa' Gym, mulai dr diri sendiri, dari yang terdekat, mulai saat ini. dikomparasi dengan materi ngaji saya 7 tingkatan kebaikan yang no 2 nya adalah "membina keluarga".. jadi Nggak salah kalo melayani keluarga (juga) mendapat porsi utama.

Oya, tidak melulu tentang suami-istri, karena persepsi salah mendidik anak laki2 dan perempuan juga akan berbuntut kerusakan Masyaraat. tidak percaya?? saat ini banyak anak laki2.. yang diam saja, melihat IBUnya mengangkut mengangut sampah keluar padahal sang ibu sedang sakit. karena merasa, it's not my job- it's woman job. Haloooo.... give me a break. yang ibu sendiri aja begitu, bagaimana dengan wanita yang lain. dan maaf bukan berarti ibunya ngga ikhlas, tp biasanya sang ibu ngrundel. Atau kasus lain, mendoktrik anak perempuan dengan doktrin "urusan dapur" urusannya perempuan bisa menimbulkan feminisme seperti di Iran, hanya karena sang ibu tidak bisa menjawab pertanyaan sang anak gadis "kenapa aku yang mencuci piring, apa karena aku perempuan?" a.k.a sang gadis adalah Prof. Shirin Ebadi cek mr. google yah

Ketika perempuan bekerja yang dimana saat ini sudah menjadi umum, kami seakan diajari bagaimana melihat dunia melalui mata laki-laki yang fitrahnya mencari Nafkah. We are appreciate you, Husband , Father..

And thats why, laki-laki yang membaktikan dirinya untuk keluarga perlu lebih dari sekedar jempol dari tangan dan kaki kita. Namun, Memaksimalkan peran dan anugrah Multitasking kita. Kembali pada pedoman FASTABIQUL KHAIRAT "berlomba dalam kebaikan", bukan hanya dalam urusan salary atau prestasi duniawi, namun dalam semua kebaikan.

Agar dari seorang IBU lahir para laki - laki Pemimpin yang baik. Agar dari seorang AYAH lahir para perempuan, Pendidik yang baik. Agar, dari seorang SUAMI, muncullah istri yang menyejukkan dan membantu tiap tugas kepemimpinannya. Agar, dari seorang ISTRI muncul suami yang senantiasa tegar dan kokoh menjalankan tugas kepemimpinannya.

Agar, kemanfaatan tersebut tidak berhenti di dalam rumah, namun menyemai ke masyarakat. Bersama mencerdaskan dan melayani keluarga dan umat.

cihuyyyy !!!!!

Tidak ada komentar: