Disiplin & Teguh (sebuah kisah antara aku & traffic light)
Rada lucu memang.. namun, setealah dipikir-pikir, hal ini selalu menjadi dilema buat diriku..
Kisahnya bermulu, setiap hari ketika kumulai perjalanku dari rumah meuju kampus tembalang. Untuk info saja-agar lebih memahami cerita- setiap berangkat, aku selalu melewati jalan utama yaitu Jalan Arteri soekarno-hatta, kemudian Jalan Raya Semarang-Demak (Majapahit) sebelum ahirnya menuju Jalan Fatmawati dan melalui jalan alternatif (tegal wareng-sigar bencah) ...
Sebelum masuk Jl. Majapahit (dr jl soekarno hatta) selalu melawati traffic light, karena merupakan pertigaan. Posisiku adalah dr arteri, karena jl majapahit hanya merupakan ekstension untuk bisa menuju Jl. Fatmawati. Di Pertigaan Pertama aku harus ambil kiri (belok kiri) kemudian akan langsung bertemu dengan Pertigaan kedua, dimana aku harus langsung ambil kanan (belok kanan).
So, this is the dillema....
Di Pertigaan, aturan utama adalah.. kiri jalan terus kecuali ada sign yang bilang "kiri ikuti lampu" iya kan... so.. because di Pertigaan I ini, diterapkan peraturan spesial ini (sebelumnya gak ada) antrian kendaraan yang menuju demak, penggaron dan sekitarnya ataupun yang langsung ambil kanan arah jl. Fatmawati (seperti saya).. akan panjang sekali .. Padahal lampu hijaunya pendek, alhasil akan butuh 2 kali lampu merah untuk saya bisa melewati pertigaan itu...
Pertama kali, peraturan ini diberlakukan.. saya sangat-sangat tidak setuju.. karena bukan menjadi solusi.. tapi justru menambah kemacetan, akibat antrian kendaraan yang panjang. Seharusnya untuk kendaraan yang menuju demak dibiarkan melaju (jalan terus) karena mereka tidak menimbulkan masalah, untuk kendaraan dengan tujuan seperti saya, maka bolehlah berhenti. 1 lagi yang membuat saya tidak sreg adalah, kami (kendaraan yang akan belok kiri ke arah manapun) masih juga harus berhenti, walaupun jalur kami kosong mlompong... (apakah anda mengerti.. kok saya tidak yakin yah..)
ini penjelasan singkat : di pertigaan ada kendaraan yang ke kiri dan ke kanan.. yang ke kanan tentunya harus menunggu hingga jalur mereka kosong, tidak ada arus kendaraan melewati depan mereka atau menuju mereka(berkebalikan arah). Untuk kendaraan ke kiri, biasanya diperbolehkan jalan terus kalau arah kendaraan yang searah dengan mereka (dari ruas jalan yang lain) cenderung sepi, namun jika padat, biasanya diperbolehkan melaju jika arus kendaraan ini berhenti(lampu merah). kendaraan arah kiri tidak akan terganggu dengan, arus kendaraan yang melaju ke arah mereka...
Oke..balik ke cerita saya...
otomatis kami harus menunggu 2 shift arus kendaraan selesai- karena begitulah siklus rotasi traffic light disini...
Di awal-awal, saya terjang saja peraturan itu.. pokonya kalau jalur kiri kosong, walaupun lampu masih merah.. saya akan melaju. Saya jg jengkel dengan orang yang mentaati peraturan tersebut.. (woi.. kagak liat ya.. yang ngantri tu dah sepanjang kasih ibu.. :), jengkel dengan pak polisi yang bikin peraturan.. jengkel dengan semua hal.. makanya negara ini gak bisa beres..
Hingga ahirnya... hati nurani saya merasa bersalah.. tiap detik saya melanggar peraturan, saya merasa bersalah.. bukan begini salama ini saya belajar. Dengan melanggar, saya tidak menghormati bapak polisi, pengguna jalan yang lain (karena menjadi provokator kejahatan), bahkan bapak2 kita yang ada di jajaran tertinggi negara kita ini.. saya berfikir lagi apa itu arti ketaatan, kepatuhan dan kedisiplinan. Saya seorang muslim yang harus berdisiplin menegakkan shalat 5 waktu, saya seorang muslim yang taat dalam menutup aurat..
Saya sebenarnya sangat tidak suka dengan orang yang tidak taat peraturan lalu lintas, lalu kenapa saya harus menjadi bagian dari itu.. bukankah jalan raya adalah salah satu tempat public sehingga memang harus diatur sehingga nyaman untuk setiap penggunanya. Bukankah saya sudah merasa sok tau, dengan logika terbatas saya, padahal saya belum pernah belajar mengatur lalu lintas...
Kemudian, saya memutuskan untuk taat. taat pada peraturan di pertigaan itu..
Dan taat itu tidak mudah, setiap harinya saya harus menghadapi orang-orang seperti saya dulu.. provokatif, entah itu melaju menerjang atau membunyikan klakson beberapa kali...
saya tidak sedang bicara benar atau salah, baik atau buruk, biarlah yang Diatas yang menilai.. hanya saja menjadi teguh dan berdisiplin di masyarakat itu sulit..
Tak pernah mudah untuk mempertahankan prinsip, keyakinan tanpa pegangan yang kuat. Karena akan selalu ada yang lain yang berusaha mewarnai kita, akan ada selalu batu yang menghadang dan penyakit yang merusak.. Yang pasti.. jangalah kita mejadi batu perusak tersebut..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar